PRESSXPOS.COM, JAKARTA – Merokok dan tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang signifikan. Merokok merupakan faktor risiko yang kuat untuk TB. Penelitian ilmiah yang ekstensif menggarisbawahi peran penting merokok dalam TB, yang memperbesar risiko infeksi, kematian, kekambuhan pengobatan, keparahan klinis yang lebih tinggi, dan keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan. Menurut WHO, pemberantasan merokok berpotensi mengurangi angka TB hingga 20%. Oleh karena itu, ada kebutuhan mendesak untuk memprioritaskan upaya bersama dalam mengintegrasikan strategi pengendalian TB dan tembakau untuk mengatasi masalah kritis ini.
Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis sedunia tahun 2025, Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) menyelenggarakan Webinar Regional Asia-Pasifik dengan tema ‘Tuberkulosis dan Bahaya Tembakau: Cegah Bersama dengan Partisipasi dari Semua!’.
Kegiatan yang diselenggarakan bekerjasama dengan Kementrian Kesehatan, Asia Pacific City Alliances (APCAT), The Union (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) dan Vital Strategies tersebut menampilkan sederet Pemateri dari multidisplin ilmu yang berorientasi pada persoalan TBC dan pengendalian tembakau (produk rokok)
Tujuan utamanya dari webinar ini adalah : 1. Membangun Kesadaran Kebijakan tentang Hubungan TB-Tembakau – Mendidik peserta tentang korelasi kuat antara penggunaan tembakau dan tuberkulosis (TB), termasuk bagaimana merokok meningkatkan risiko infeksi TB, memperburuk perkembangan penyakit, dan menghambat hasil pengobatan; 2. Mempromosikan Pengendalian Tembakau Berbasis Bukti untuk Pencegahan TB – Menyoroti kebijakan dan intervensi pengendalian tembakau yang efektif, seperti program penghentian merokok dan lingkungan bebas asap rokok, sebagai strategi penting untuk mengurangi beban TB dan meningkatkan kesehatan masyarakat; 3. Memperkuat Kolaborasi antara Program Pengendalian TB dan Tembakau – Mendorong kolaborasi antara sektor kesehatan masyarakat, pengendalian TB, dan program pengendalian tembakau, mengembangkan tindakan dan intervensi terpadu untuk mengatasi kedua epidemi tersebut secara bersamaan.
Dengan mempertemukan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pembuat kebijakan, profesional perawatan kesehatan, dan organisasi masyarakat, webinar ini akan memungkinkan berbagi praktik terbaik, strategi inovatif, dan pengalaman dalam pengendalian TB dan tembakau. Upaya kolaboratif ini akan menekankan hubungan penting antara TB dan penggunaan tembakau dan mendorong tindakan terkoordinasi menuju strategi kesehatan masyarakat terpadu untuk mengatasi tantangan yang saling terkait ini. Upaya ini sangat penting untuk mempercepat kemajuan menuju penghentian TB dan mengurangi prevalensi merokok, yang pada akhirnya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Terdapat beberapa sesi pada webinar ini, diantaranya adalah; Sesi Pembuka : Persimpangan yang Mematikan: Epidemi TB dan Merokok dengan Prof. dr. Yanri Wijayanti Subronto sebagai moderator; yang dilanjutkan dengan materi Kumpulan bukti tentang kaitan TB dan tembakau oleh Dr. Erlina Burhan, Ketua Majelis TB, Asia Pacific Society of Respirology dan Dewan Direksi, International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (The Union), hingga Mengatasi TB dan merokok oleh Dr Vineet Bhatia – Penasihat Regional-TB, Kantor Regional WHO Asia Tenggara, New Delhi, India.
Tak hanya sampai disitu, presentasi pada sesi terhangat adalah bagian sesi mempromosikan Pengendalian Tembakau Berbasis Bukti untuk Pencegahan TB dengan presentasi materi tentang intervensi Penghentian Merokok dalam pengendalian TB rutin – Pelajaran yang dipetik dari negara-negara dengan beban tinggi Dr. Tara Singh Bam, Direktur, Pengendalian Tembakau APAC, Vital Strategies dan materi Upaya untuk mengintegrasikan penghentian merokok ke dalam program pengendalian TB di Indonesia oleh Dr. Tiara Pakasi, Koordinator, Program Pengendalian TB Nasional, Kementerian Kesehatan, Indonesia serta materi berbagi praktik upaya penghentian merokok di Malaysia oleh Prof Dr M Haniki Nik Mohamed, Departemen Praktik Farmasi, Universitas Islam Internasional Malaysia (IIUM)
Sesi diakhiri dengan diskusi panel ahli yang dilakukan oleh Dr. Siti Nadia Tarmizi, Direktur P2TPM Kementrian Kesehatan, Dr. Ohkado Akihiro, Research Institute of Tuberculosis, Japan, Dr. Lin Yan, The Union yang kemudian ditutup oleh Dr. M Subuh, selaku ketua Umum ADINKES.-
Pesan penting dari webinar ini adalah:
1. Tuberkulosis dan Rokok memiliki hubungan yang sangat jelas, beberapa narasumber sudah menekankan evidence dari hubungan rokok dan TBC; jadi penting upaya pengendalian konsumsi rokok sebagai upaya dalam pengendalian TBC.
2. Di Indonesia, Tobacco Control dianggap melarang orang merokok padahal ini sebenarnya men-discourage / mengatur tempat nya sehingga kebiasaaan merokok bisa dikurangi juga dikalangan perokok yang jumlahnya sangat tinggi di Indonesia.
3. Pedoman pelayanan TBC kita di Fasyankes belum betul-betul mengintegrasikan dengan Layanan UBM (Upaya Berhenti Merokok / UBM) yang sebelumnya menjadi target pada dokumen RPJMN kita sebelumnya. Setelah webinar ini diharapkan Direktorat PTM bisa mendorong kepada Direktorat PM (Penyakit Menular) agar terjadi Integrasi ini. Pasien TBC dengan faktor risiko merokok sudah harus langsung dilayani oleh Dokter / Tenaga Medis di layanan TBC, tidak perlu berpindah ke Ruang lain untuk Layanan UBM agar tidak terjadi missed opoortunities.
4. Kiranya Dinas Kesehatan dapat menggunakan nomenklatur Implementasi KTR dalam anggaran Dinkes sehingga bisa terukur komitmen daerah dalam implementasi KTR sehingga jargon Pencegahan Pencegahan Pencegahan ini betul-betul dilaksanakan, jangan sibuk mengobati saja tetapi juga mencegah.
5. Rokok adalah the real determinant kesehatan kita pada isu-isu kongkrit yang dihadapi Indonesia yaitu Tuberkulosis, Stunting dan berbagai Penyakit Tidak Menular lainnya.
(Gito Rahmad)